| Halaman Depan | Bacaan Sepekan | Renungan Pagi| Privacy Policy | Support Lumen Christi |



Juni 30, 2023

Sabtu, 01 Juli 2023 Hari Biasa Pekan XII

SiouxFall Diocese
 
Bacaan I: Kej 18:1-15 "Adakah sesuatu yang mustahil bagi Tuhan? Aku akan kembali kepadamu, dan Sara akan mempunyai anak laki-laki."

Mazmur Tanggapan: Mzm 1:46-47.48-49.50.53.54-55 "Tuhan ingat akan kasih sayang-Nya."

Bait Pengantar Injil: Mat 8:17 "Yesus memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

Bacaan Injil: Mat 8:5-17 "Banyak orang akan datang dari timur dan barat, dan duduk makan bersama Abraham, Ishak, dan Yakub."
 
     warna liturgi hijau
 
Bacaan Kitab Suci dapat dibaca pada Alkitab Deuterokanonika atau klik tautan ini
 
 Saudara dan saudari terkasih dalam Kristus, kIta mendengar tentang kisah para hamba Tuhan, dalam iman mereka pada kuasa dan pemeliharaan Tuhan. Pada bacaan pertama, kita mendengar cerita dari Kitab Kejadian, tentang waktu ketika Tuhan datang mengunjungi Abraham dan mengungkapkan kepadanya dan Sarah, istrinya, pemenuhan janji yang telah Dia buat dengan mereka, tentang seorang anak yang akan lahir dari Abraham dan Sarah.

Kemudian dalam Injil hari ini, kita mendengar tentang perwira, yang mencari Tuhan Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit parah. Dan dalam kisah ini, kita mendengar bagaimana perwira itu begitu merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, sehingga dia mengucapkan kata-kata yang juga kita ulangi setiap kali kita merayakan Kurban Kudus Misa sebelum kita akan menerima Dia dalam Ekaristi,  “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”

Sikap yang sama ditunjukkan oleh Abraham, yang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, Yang mendekatinya, dan kemudian Abraham mengenali mereka, memohon mereka untuk berhenti di tempat tinggalnya, dan tidak melewatinya. Dan Tuhan berhenti di tempat tinggal Abraham untuk berkata kepadanya tentang apa yang akan terjadi padanya saat Dia memenuhi janji-Nya akan seorang anak laki-laki kepada Abraham.

Dalam semua ini kita dapat melihat persamaan dan perbedaan, yang dapat membantu kita untuk menghargai iman kita kepada Tuhan dengan lebih baik. Kontras antara kasus Abraham dan perwira dapat ditelusuri kembali ke kebiasaan orang Yahudi, yang sebagai umat pilihan Allah cukup waspada terhadap orang-orang kafir dan non-Yahudi, dan interaksi dengan orang-orang bukan Yahudi biasanya tidak disukai.

Itu mungkin alasan mengapa perwira itu menunda kedatangan Tuhan ke rumahnya untuk menyembuhkan hambanya. Sebagai seorang prajurit Romawi, yang termasuk golongan non-Yahudi dan sekelompok orang kafir, tentu perwira tersebut tidak ingin Yesus dipandang negatif oleh kunjungan-Nya ke rumah orang asing. Karena itu, dia dengan rendah hati memohon kepada Tuhan untuk menyembuhkan hambanya hanya dengan perintah dari kata-kata-Nya.

Dengan cara inilah perwira menunjukkan iman yang sama seperti yang dilakukan Abraham. Abraham percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati, meskipun dia memiliki beberapa keraguan pada awalnya. Dia percaya bahwa Tuhan akan dapat mengabulkan apa yang telah Dia janjikan kepadanya, untuk memiliki anak laki-laki di usia yang begitu tua, meskipun Sarah istrinya sudah lama melewati usia subur.

Dengan cara yang sama, kapten tentara percaya bahwa Tuhan Yesus mampu menyembuhkan hambanya hanya dengan tindakan kehendak-Nya saja. Kebanyakan orang akan percaya hanya setelah melihat dan menyaksikan apa yang telah terjadi, namun, perwira itu bahkan tidak memerlukan bukti apa pun agar dia percaya kepada Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhan mampu melakukan apa yang dianggap mustahil bagi manusia.

Banyak dari kita mungkin bertindak seperti yang dilakukan Sarah. Ketika Sarah mendengar Tuhan, menyamar sebagai pengelana, berbicara tentang bagaimana dia akan mengandung seorang anak di usia tuanya, dia tertawa dalam hatinya, menganggap kata-kata itu sebagai lelucon belaka, sebagai sesuatu yang tidak mungkin menurut akal dan pemahaman manusia. Begitu juga kita sering bereaksi terhadap Tuhan yang memanggil kita untuk percaya kepada-Nya dan berjalan di jalan-Nya.

Marilah kita semua bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita mampu atau tidak dalam hal percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati seperti yang telah dilakukan oleh Abraham, bapa kita dalam iman, dan perwira itu, yang percaya kepada Tuhan Yesus dan pemeliharaan-Nya. Apakah kita mampu mengabdikan diri kita kepada Tuhan dengan cara yang sama, dan dengan semangat yang sama? Itulah yang perlu kita lakukan, saudara dan saudari dalam Kristus. Kita perlu menaruh kepercayaan penuh kita kepada Tuhan, Allah kita.

Semoga Tuhan selalu menyertai kita, dan semoga Dia terus membimbing kita di jalan kita. Semoga kita semakin mendekat kepada-Nya, dan menemukan dalam hati kita sendiri, kekuatan untuk berkomitmen pada tujuan-Nya dan berjalan selamanya di jalan-Nya. Semoga Tuhan menyertai kita semua dan memberkati kita. Amin


lumenchristi.id 2023 - Situs ini menggunakan cookies untuk meningkatkan pengalaman Anda. Dengan menggunakan situs ini, Anda telah menyetujui penggunaan cookies dari Kami.