Bacaan I: 1Kor 2:1-5 "Aku mewartakan kepadamu kesaksian Kristus yang tersalib."
Mazmur Tanggapan: Mzm 119:97.98.99.100.101.102; Ul: 97a "Betapa besar cintaku kepada hukum-Mu, ya Tuhan."
Bait Pengantar Injil: Luk 4:18 "Roh Tuhan menyertai Aku; Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin."
Bacaan Injil: Luk 4:16-30 "Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, merenungkan Sabda Tuhan hari ini, kita mendengar tentang momen yang tidak menyenangkan ketika Tuhan Yesus kembali ke kampung halaman-Nya di Nazaret, di mana Dia menghadapi tentangan dan penolakan tidak lain dari orang-orang senegara-Nya sendiri dan bahkan mungkin teman dekat dan kerabat, semua orang yang telah mengenal-Nya sejak masa muda-Nya dan tinggal di sekitar-Nya selama bertahun-tahun.
Dan Tuhan Yesus juga mengemukakan pokok bahasan melalui kotbah-Nya, bagaimana para nabi dan rasul tidak diterima di tanah dan rumah mereka sendiri, dan ditolak oleh orang-orang yang mengenal mereka dengan baik. Ironisnya, justru mereka yang tidak mengenal para nabi dan utusan Tuhan, termasuk teladan Tuhan Yesus sendiri, yang bersedia mendengarkan kebenaran-Nya.
Sekarang, kita mesti bertanya-tanya, mengapa para nabi dan utusan, termasuk Tuhan Yesus sendiri ditolak oleh orang-orang yang mereka kenal baik? Untuk memahami hal ini, maka kita mesti memahami bagaimana hubungan dan cara berpikir manusia bekerja. Dalam hubungan kita dengan orang lain, kita selalu ingin mengetahui tentang orang lain, dan ketika kita melakukannya, kita membentuk gagasan, prasangka, dan bias dalam pikiran kita, secara tidak sadar.
Apa artinya? Artinya, seperti kata pepatah, ‘Kesan pertama itu abadi’, kita manusia sangat mudah terpengaruh oleh apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan, dan karena itu, membentuk opini tentang sesuatu atau seseorang hampir seketika kita menyaksikan sesuatu atau seseorang itu. Inilah yang telah kita lakukan kepada setiap orang dan segala sesuatu yang kita jumpai dalam hidup, sebagai cara kita menilai mereka dengan kecerdasan dan kebijaksanaan manusiawi kita.
warna liturgi hijau
Bacaan Kitab Suci dapat dibaca pada Alkitab atau klik tautan ini
![]() |
| Karya: BONDART/ISTOCK.COM |
Dan Tuhan Yesus juga mengemukakan pokok bahasan melalui kotbah-Nya, bagaimana para nabi dan rasul tidak diterima di tanah dan rumah mereka sendiri, dan ditolak oleh orang-orang yang mengenal mereka dengan baik. Ironisnya, justru mereka yang tidak mengenal para nabi dan utusan Tuhan, termasuk teladan Tuhan Yesus sendiri, yang bersedia mendengarkan kebenaran-Nya.
Sekarang, kita mesti bertanya-tanya, mengapa para nabi dan utusan, termasuk Tuhan Yesus sendiri ditolak oleh orang-orang yang mereka kenal baik? Untuk memahami hal ini, maka kita mesti memahami bagaimana hubungan dan cara berpikir manusia bekerja. Dalam hubungan kita dengan orang lain, kita selalu ingin mengetahui tentang orang lain, dan ketika kita melakukannya, kita membentuk gagasan, prasangka, dan bias dalam pikiran kita, secara tidak sadar.
Apa artinya? Artinya, seperti kata pepatah, ‘Kesan pertama itu abadi’, kita manusia sangat mudah terpengaruh oleh apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan, dan karena itu, membentuk opini tentang sesuatu atau seseorang hampir seketika kita menyaksikan sesuatu atau seseorang itu. Inilah yang telah kita lakukan kepada setiap orang dan segala sesuatu yang kita jumpai dalam hidup, sebagai cara kita menilai mereka dengan kecerdasan dan kebijaksanaan manusiawi kita.




