Bacaan I: Gal 5:18-25 "Barangsiapa menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."
Mazmur Tanggapan: Mzm 1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a "Yang mengikuti Engkau, ya Tuhan, hidup dalam cahaya."
Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27 "Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku."
Bacaan Injil: Luk 11:42-46 "Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi! Celakalah kamu, hai ahli-ahli kitab."
Mazmur Tanggapan: Mzm 1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a "Yang mengikuti Engkau, ya Tuhan, hidup dalam cahaya."
Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27 "Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku."
Bacaan Injil: Luk 11:42-46 "Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi! Celakalah kamu, hai ahli-ahli kitab."
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, pada hari ini kita merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci yang melaluinya kita pertama kali mendengar tentang perbedaan antara buah daging dan buah Roh. Buah daging adalah percabulan, kejahatan, kefasikan, keserakahan, keinginan akan kesenangan duniawi dan kerusakan tubuh, hati, pikiran, dan jiwa. Sementara buah Roh adalah kasih, harapan, kebaikan, kesetiaan, dan lebih banyak buah baik yang datang dari Tuhan.
Dan kemudian kita mendengar dari Injil tentang teguran yang Tuhan Yesus berikan kepada orang-orang Farisi, dengan kata-kata kasar, berkaitan dengan sikap dan cara hidup iman mereka, yang bersifat munafik, ketika mereka menunjukkan tindakan kesalehan lahiriah mereka, pengabdian dan doa mereka, bukan karena cinta yang mereka miliki untuk Tuhan, melainkan karena sikap mementingkan diri sendiri dan keinginan untuk mendapatkan pujian manusia dan kemuliaan duniawi.
Dan kemudian kita mendengar dari Injil tentang teguran yang Tuhan Yesus berikan kepada orang-orang Farisi, dengan kata-kata kasar, berkaitan dengan sikap dan cara hidup iman mereka, yang bersifat munafik, ketika mereka menunjukkan tindakan kesalehan lahiriah mereka, pengabdian dan doa mereka, bukan karena cinta yang mereka miliki untuk Tuhan, melainkan karena sikap mementingkan diri sendiri dan keinginan untuk mendapatkan pujian manusia dan kemuliaan duniawi.




