Bacaan I: Ul 31:1-8 "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, Yosua, sebab engkau akan masuk bersama bangsa ini ke tanah perjanjian."
Kidung Tanggapan: Ul 32:3-4a.7.8.9.12; Ul: 9a "Bagian Tuhan ialah umat-Nya."
Bait Pengantar Injil: Mat 1:29ab "Terimalah beban-Ku dan belajarlah daripada-Ku, sebab aku lemah lembut dan rendah hati."
Bacaan Injil: Mat 18:1-5.10.12-14 "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak ini."
Kidung Tanggapan: Ul 32:3-4a.7.8.9.12; Ul: 9a "Bagian Tuhan ialah umat-Nya."
Bait Pengantar Injil: Mat 1:29ab "Terimalah beban-Ku dan belajarlah daripada-Ku, sebab aku lemah lembut dan rendah hati."
Bacaan Injil: Mat 18:1-5.10.12-14 "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak ini."
warna liturgi hijau
Bacaan Kitab Suci dapat dibaca pada Alkitab Deuterokanonika atau klik tautan ini
Bacaan Kitab Suci dapat dibaca pada Alkitab Deuterokanonika atau klik tautan ini
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, melalui Sabda Tuhan hari ini, kita diingatkan untuk terus setia kepada Tuhan sebagaimana telah diingatkan kepada kita beberapa hari terakhir ini, dengan jaminan dan pengingat bahwa Allah selalu setia dan berkomitmen pada Perjanjian yang telah Dia buat dengan kita masing-masing, umat-Nya yang terkasih. Dia tidak akan meninggalkan kita dalam kegelapan, dan kita semua selalu berharga bagi-Nya dan dikasihi-Nya dalam segala hal dan dalam keadaan apa pun. Kita harus menaruh iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan dan menjadi teladan iman dan komitmen yang baik kepada-Nya, Tuhan dan Guru kita, agar lebih banyak orang juga dapat percaya kepada-Nya.
Dalam bacaan pertama, kita mendengar tentang kesimpulan dari nasihat dan pengingat yang Musa sampaikan dalam sebuah pidato kepada bangsa Israel, sebagai semacam pidato perpisahan menjelang akhir empat puluh tahun perjalanan bangsa Israel melalui padang gurun menuju Tanah Perjanjian mereka, Kanaan. Musa telah menghabiskan empat puluh tahun itu membimbing, memimpin, dan menggembalakan umat Allah, termasuk waktu yang ia habiskan sebelumnya di Mesir untuk membebaskan umat Allah dari tangan orang Mesir dan Firaun mereka. Dan selama tahun-tahun yang penuh tantangan itu, Musa harus menghadapi banyak kesulitan dan keluhan, mulai dari sikap keras kepala bangsa Israel dan pemberontakan serta ketidaktaatan mereka yang terus-menerus terhadap Allah, keluhan dan penolakan mereka yang terus-menerus untuk menaati Hukum Allah, hingga pengkhianatan pribadi seperti yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, Harun dan Miryam, yang secara terbuka menentang kepemimpinan bangsa Israel bersamanya di hadapan Allah.
Musa tetap teguh dalam keyakinan dan komitmennya untuk memimpin umat Allah, dan meskipun ia sendiri juga melakukan kesalahan yang menghalanginya memasuki Tanah Perjanjian Kanaan, ia tetap hidup untuk menyaksikan saat ketika umat Allah akhirnya akan memasuki tanah yang dijanjikan kepada mereka. Dan tepat pada saat itulah Musa menyampaikan khotbah ini di hadapan seluruh orang Israel, menceritakan dan mengingatkan mereka untuk mengingat segala sesuatu yang telah Allah lakukan bagi mereka, dengan segala kasih dan kebaikan-Nya, belas kasihan-Nya, dan segala sesuatu yang telah Allah lakukan dalam melindungi mereka dari musuh-musuh mereka dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Itulah yang kita dengar disebutkan oleh Musa dalam bacaan pertama kita hari ini.
Lalu, dari bacaan Injil Matius, yang mengingatkan kita masing-masing bahwa kita harus sungguh-sungguh setia kepada Tuhan dan sungguh-sungguh berkomitmen pada jalan dan cara-Nya dalam setiap hal yang kita lakukan dalam hidup. Kita semua sebagai orang Kristiani telah dipanggil untuk memiliki iman yang sejati dan hubungan yang kuat dengan Tuhan, melampaui apa yang dangkal dan formalitas belaka. Hal ini ditegaskan oleh Tuhan ketika Dia pertama kali menyebutkan bagaimana semua murid dan pengikut-Nya harus seperti anak-anak kecil dalam iman dan kepercayaan mereka kepada-Nya, dan ini penting karena jika kita benar-benar memahami apa yang Tuhan maksudkan, itu berarti Dia memanggil mereka semua untuk memiliki iman yang sungguh-sungguh tulus dan sepenuh hati, bukan iman yang bersyarat dan terbebani oleh berbagai keinginan dan godaan kita.
Iman seorang anak kecil sungguh murni. Ketika seorang anak percaya pada sesuatu, ia sungguh-sungguh percaya dari segenap hatinya. Inilah yang Tuhan inginkan dari kita semua, yaitu kita harus memiliki iman yang sejati dan kasih yang sejati dan abadi kepada Tuhan, dengan segenap kekuatan, segenap hati, dan segenap daya kita. Jika tidak, iman kita hanyalah iman yang dangkal dan tak berarti. Oleh karena itu, jika kita tidak memiliki iman yang kuat, abadi, dan bersemangat kepada Tuhan, akan sulit bagi kita untuk terus mengikuti Tuhan dengan setia dan tulus. Sayangnya bagi banyak dari kita, iman kita seringkali bercampur dengan segala macam kepentingan dan keinginan terselubung, karena kita telah membiarkan kerusakan duniawi ini memengaruhi dan mendistorsi iman kita kepada Tuhan.
Semoga tindakan, perkataan, dan perbuatan kita sungguh-sungguh mencerminkan iman kita, dan semoga kita senantiasa tulus beriman kepada Tuhan, dalam segala keadaan dan segala hal. Semoga Tuhan memberkati setiap perbuatan baik, usaha, dan jerih payah kita, sekarang dan selamanya. Amin.




