Mazmur Tanggapan: Mzm 82:3-4.6-7 "Bangunlah, ya Allah, hakimilah bumi."
Bait Pengantar Injil: 1Tes 5:18 "Hendaklah kalian mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah bagi kalian di dalam Kristus Yesus."
Bacaan Injil: Luk 17:11-19 "Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing itu?"
warna liturgi merah
Bacaan Kitab Suci dapat dibaca pada Alkitab atau klik tautan ini
| Sumber: Ilustrasi Alkitab oleh Jim Padgett, atas izin Sweet Publishing, Ft. Worth, TX, dan Gospel Light, Ventura, CA. Copyright 1984. Dirilis dengan lisensi baru, CC-BY-SA 3.0 |
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, merenungkan sabda Kitab Suci, kita diingatkan bahwa Allah adalah sumber segala kuasa dan kedaulatan di dunia ini, dan tidak ada satu pun yang ada di dunia ini yang tidak bersumber dari Allah, Tuhan dan Penguasa sejati atas segala sesuatu, atas seluruh Alam Semesta, dan seluruh eksistensi. Namun, pada saat yang sama, Tuhan dan Penguasa seluruh Alam Semesta ini begitu penuh kasih dan kebaikan, penuh belas kasihan kepada kita sehingga Ia ingin kita semua dikasihi dan dipelihara oleh-Nya, untuk disembuhkan dari segala penderitaan yang telah menimpa kita, yang telah menyebabkan kita menanggung penderitaan, cobaan, dan tantangan dalam hidup kita masing-masing.
Dalam bacaan pertama kita hari ini, dari Kitab Kebijaksanaan, kita membaca sabda penulis tentang masalah kuasa dan otoritas di dunia ini, dan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bagaimana Allah adalah sumber utama segala kuasa dan otoritas, dan tidak seorang pun, tidak ada raja, penguasa, kelompok, atau apa pun di dunia ini yang memiliki kuasa atau kedaulatan yang tidak berasal dari Allah. Tuhan telah mempercayakan dunia ini kepada kita, dan Dia telah mempercayakan kepada kita masing-masing tanggung jawab dan kesempatan unik masing-masing, agar kita dapat memanfaatkan sebaik-baiknya semua hal dan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Kita hendaknya tidak tertipu dengan berpikir bahwa kita tidak berutang apa pun kepada Tuhan, karena penting bagi kita untuk mengingat apa yang dikatakan penulis Kitab Kebijaksanaan, bahwa mereka yang telah diberi kuasa, wewenang, dan tanggung jawab yang lebih besar, akan lebih banyak yang diharapkan dan dituntut dari mereka. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kita harus selalu menganggap serius semua kesempatan, harapan, dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita masing-masing dalam berbagai aspek kehidupan kita. Kita hendaknya tidak menganggap remeh apa pun yang telah Tuhan berikan dan percayakan kepada kita, karena apa pun yang telah Dia berikan kepada kita, harus kita pertanggungjawabkan di kemudian hari. Sudahkah kita memanfaatkan dengan baik apa yang telah Tuhan berikan kepada kita?
Kemudian, dari bacaan Injil Lukas, Penginjil, dalam peristiwa ketika Tuhan Yesus menjumpai sepuluh orang kusta di padang gurun ketika Ia dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju misi berikutnya. Pada masa itu, kusta merupakan penyakit yang sangat ditakuti karena merupakan penyakit menular yang sulit disembuhkan, dan mudah menular antarmanusia, terutama dalam jarak dekat. Itulah sebabnya dalam Hukum Allah yang disampaikan kepada bangsa Israel melalui Musa, mereka yang terjangkit kusta harus mengembara di padang gurun, menjauh dari masyarakat lainnya, dengan tujuan praktis untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut di antara mereka. Mereka yang terjangkit penyakit itu hanya dapat kembali jika mereka menunjukkan diri kepada imam dan imam tersebut menyatakan bahwa mereka tidak lagi menderita kusta.
Dan seperti yang telah kita ketahui, Tuhan Yesus tidak takut kepada orang-orang kusta yang memohon belas kasihan-Nya dan Ia tidak menjauhkan diri dari mereka, dan Ia menyembuhkan mereka semua karena iman mereka, memerintahkan kesepuluh orang itu untuk menaati perintah-perintah Hukum Taurat dan menunjukkan diri kepada imam. Mereka menaati dan mengikuti perintah Tuhan Yesus, dan disembuhkan di tengah jalan. Namun, hanya seorang Samaria di antara sepuluh orang kusta yang kembali kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya, sementara sembilan orang kusta lainnya, yang kemungkinan besar semuanya orang Yahudi, melanjutkan perjalanan mereka dengan sukacita yang besar. Orang Samaria kemudian dicerca dan dibenci oleh orang Yahudi, dan sering dianggap sesat atau bahkan penyembah berhala oleh orang Yahudi, namun, di sini kita melihat iman yang sungguh agung yang melampaui iman orang lain.
Kita diingatkan akan dua hal penting melalui kisah penyembuhan sepuluh orang kusta ini. Pertama, ketaatan, yang dilakukan sepuluh orang kusta itu, dalam menaati firman dan perintah Tuhan, dan oleh karena itu kita juga harus menaati Tuhan, Allah kita, dengan cara yang sama. Meskipun kita mungkin sehat secara fisik tanpa penyakit daging seperti orang-orang kusta itu, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kita semua adalah orang berdosa, dan jika kita memahami dosa dan bagaimana dosa bekerja melawan kita, dosa tidak berbeda dengan kusta, dan bisa dibilang jauh lebih buruk. Dosa menjauhkan kita dari Allah, sebagaimana kusta menjauhkan mereka yang menderitanya dari komunitas umat Allah. Dan hanya Tuhan sendiri yang dapat menyembuhkan kita dari penderitaan dosa kita, melalui belas kasihan dan pengampunan-Nya, yang patut kita syukuri dengan tulus. Itulah pelajaran penting kedua yang harus kita pelajari dari orang kusta Samaria, yaitu rasa syukur.
Saudara-saudari dalam Kristus, marilah kita semua terus melakukan bagian kita untuk melayani Tuhan dengan semakin berani dan setia setiap saat. Marilah kita semua menjadi teladan dan inspirasi yang baik bagi satu sama lain. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita, dan semoga Dia terus menguatkan kita dengan keberanian dan komitmen untuk terus memuliakan-Nya melalui hidup kita, sekarang dan selamanya. Amin.



