Bacaan I: Kis 15:7-21 "Kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah."
Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2a.2b-3 "Kisahkanlah karya-karya Tuhan yang ajaib di antara segala suku."
Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27 "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku."
Bacaan Injil: Yoh 15:9-11 "Allah telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah."
Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2a.2b-3 "Kisahkanlah karya-karya Tuhan yang ajaib di antara segala suku."
Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27 "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku."
Bacaan Injil: Yoh 15:9-11 "Allah telah menetapkan kamu supaya pergi dan menghasilkan buah."
warna liturgi putih
Bacaan Kitab Suci dapat dibaca pada Alkitab atau klik tautan ini
Saudara dan saudari terkasih dalam Kristus, bacaan-bacaan liturgi hari ini berfokus pada kasih Allah, pentingnya untuk tetap dekat dengan Yesus, dan panggilan untuk persatuan dan inklusivitas dalam iman. Petrus berbicara tentang menyingkirkan hambatan sehingga semua orang dapat mengalami kasih Allah. Yesus mengundang para pengikut-Nya untuk tetap berada dalam kasih-Nya melalui doa, tindakan, dan ketaatan pada ajaran-ajaran-Nya.
Dalam bacaan pertama, Petrus menekankan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada satu kelompok saja. Ia menjelaskan bahwa keselamatan ditawarkan kepada semua orang yang percaya, dan tidak ada hambatan yang tidak perlu yang boleh menghalangi orang untuk beriman. Pesan ini menyoroti sifat inklusif dari kasih Allah.
Kata-kata Petrus mengingatkan kita untuk menyambut orang lain ke dalam iman dan menghindari menciptakan hambatan yang mempersulit orang untuk mendekati Allah. Ini dapat berarti bersikap sabar, baik hati, dan pengertian terhadap orang lain yang mencari Dia. Ini juga memanggil kita untuk merenungkan bagaimana kita mewartakan kasih Allah dalam kata-kata dan tindakan kita.
Renungan ini menantang kita untuk melihat sikap kita sendiri. Apakah kita benar-benar percaya bahwa kasih Allah ditujukan kepada semua orang, atau apakah kita terkadang mengabaikan orang lain melalui tindakan kita? Teladan Petrus mengajak kita untuk menunjukkan kasih Allah secara terbuka dan murah hati.
Dalam Injil, Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk tetap berada dalam kasih-Nya sebagaimana Ia tetap berada dalam kasih Bapa. Ia mengajarkan bahwa tetap dekat dengan-Nya berarti menaati perintah-perintah-Nya dan hidup sebagaimana Ia ajarkan. Hubungan ini memperkuat hubungan kita dengan-Nya dan mendatangkan sukacita bagi kita.
Tinggal dalam kasih Yesus melibatkan lebih dari sekadar perasaan—itu memerlukan tindakan. Kita tetap dekat dengan-Nya melalui doa, membaca firman-Nya, dan menunjukkan kasih kepada orang lain. Ketika kita hidup dengan cara ini, kita mengalami kedamaian dan kebahagiaan yang datang dari mengenal-Nya.
Sabda Yesus mendorong kita untuk merenungkan bagaimana kita tetap berada dalam kasih-Nya setiap hari. Apakah kita meluangkan waktu untuk berdoa dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya? Tinggal dalam Yesus membantu kita bertumbuh dalam iman dan berbagi kasih-Nya dengan orang lain.
Baik bacaan pertama maupun Injil berfokus pada bagaimana kasih membimbing tindakan kita dan memperkuat persatuan. Petrus berupaya menyingkirkan hambatan bagi iman, dengan mendorong terciptanya komunitas yang ramah dan penuh kasih. Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk hidup dalam kasih-Nya, menciptakan ikatan yang menghubungkan mereka dengan-Nya dan satu sama lain.
Kasih adalah dasar iman dan komunitas. Kasih membantu kita mengatasi perbedaan, saling mengampuni, dan bekerja sama untuk membagikan pesan Tuhan. Kedua bacaan tersebut mengingatkan kita bahwa kasih bukan sekadar perasaan, tetapi komitmen untuk hidup dengan cara yang mencerminkan kepedulian Tuhan bagi semua orang.
Renungan ini menantang kita untuk membiarkan kasih membimbing keputusan dan hubungan kita. Apakah kita bertindak dengan kebaikan dan kesabaran, bahkan dalam situasi yang sulit? Dengan hidup dalam kasih, kita tumbuh lebih dekat dengan Tuhan dan menciptakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang di sekitar kita. Amin.
Dalam bacaan pertama, Petrus menekankan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada satu kelompok saja. Ia menjelaskan bahwa keselamatan ditawarkan kepada semua orang yang percaya, dan tidak ada hambatan yang tidak perlu yang boleh menghalangi orang untuk beriman. Pesan ini menyoroti sifat inklusif dari kasih Allah.
Kata-kata Petrus mengingatkan kita untuk menyambut orang lain ke dalam iman dan menghindari menciptakan hambatan yang mempersulit orang untuk mendekati Allah. Ini dapat berarti bersikap sabar, baik hati, dan pengertian terhadap orang lain yang mencari Dia. Ini juga memanggil kita untuk merenungkan bagaimana kita mewartakan kasih Allah dalam kata-kata dan tindakan kita.
Renungan ini menantang kita untuk melihat sikap kita sendiri. Apakah kita benar-benar percaya bahwa kasih Allah ditujukan kepada semua orang, atau apakah kita terkadang mengabaikan orang lain melalui tindakan kita? Teladan Petrus mengajak kita untuk menunjukkan kasih Allah secara terbuka dan murah hati.
Dalam Injil, Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk tetap berada dalam kasih-Nya sebagaimana Ia tetap berada dalam kasih Bapa. Ia mengajarkan bahwa tetap dekat dengan-Nya berarti menaati perintah-perintah-Nya dan hidup sebagaimana Ia ajarkan. Hubungan ini memperkuat hubungan kita dengan-Nya dan mendatangkan sukacita bagi kita.
Tinggal dalam kasih Yesus melibatkan lebih dari sekadar perasaan—itu memerlukan tindakan. Kita tetap dekat dengan-Nya melalui doa, membaca firman-Nya, dan menunjukkan kasih kepada orang lain. Ketika kita hidup dengan cara ini, kita mengalami kedamaian dan kebahagiaan yang datang dari mengenal-Nya.
Sabda Yesus mendorong kita untuk merenungkan bagaimana kita tetap berada dalam kasih-Nya setiap hari. Apakah kita meluangkan waktu untuk berdoa dan mengikuti ajaran-ajaran-Nya? Tinggal dalam Yesus membantu kita bertumbuh dalam iman dan berbagi kasih-Nya dengan orang lain.
Baik bacaan pertama maupun Injil berfokus pada bagaimana kasih membimbing tindakan kita dan memperkuat persatuan. Petrus berupaya menyingkirkan hambatan bagi iman, dengan mendorong terciptanya komunitas yang ramah dan penuh kasih. Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk hidup dalam kasih-Nya, menciptakan ikatan yang menghubungkan mereka dengan-Nya dan satu sama lain.
Kasih adalah dasar iman dan komunitas. Kasih membantu kita mengatasi perbedaan, saling mengampuni, dan bekerja sama untuk membagikan pesan Tuhan. Kedua bacaan tersebut mengingatkan kita bahwa kasih bukan sekadar perasaan, tetapi komitmen untuk hidup dengan cara yang mencerminkan kepedulian Tuhan bagi semua orang.
Renungan ini menantang kita untuk membiarkan kasih membimbing keputusan dan hubungan kita. Apakah kita bertindak dengan kebaikan dan kesabaran, bahkan dalam situasi yang sulit? Dengan hidup dalam kasih, kita tumbuh lebih dekat dengan Tuhan dan menciptakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang di sekitar kita. Amin.




